Aku 27 tahun, dan masih tidak tahu kenapa aku harus hidup. Tulisan ini akan sangat di hujat oleh banyak orang namun juga mungkin ada sedikit orang yang merasakan hal sama. Meskipun aku harap tidak begitu. sungguh, aku harap orang-orang tidak ada yang berpikiran sepertiku. karena apa yang ada di kepalaku sangat picik, aku mengakuinya.
Sejujurnya, kehidupanku tidak terlalu buruk selain aku berada dalam keluarga broken home, tidak punya sosok ayah yang bisa dibanggakan, dan seorang ibu yang sangat berjuang namun melupakan kebutuhan anaknya dan pernah sangat dibutakan cinta hingga agak melupakan anak-anaknya (meski sesungguhnya tidak sepenuhnya bisa dikatakan begitu). Selama ini aku hanya bernafas mengikuti arus kehidupan, Terlalu takut memulai sesuatu hingga saat aku berada di umur 27 tahun, aku masih belum memiliki apa-apa. Uang, keluarga, kebanggaan, atau apapun itu. Boleh kah aku menyalahkan keadaan keluargaku atas diriku yang seperti ini? perlukah? saat orang lain di luar sana yang hidupnya lebih buruk bisa menjalani hidup yang jauh sepertiku?
hanya entah semenjak kapan aku telah kehilangan alasan untuk hidup. Aku selalu bertanya-tanya kenapa dan adai saja kehidupan tidak menghampiriku. Sering kali di masa lalu, saat aku berada dalam saat-saat terpuruk aku memandangi mobil yang berlalu lalang, membayangkan untuk menabrakan diri lalu meregangkan nyawa di tempat. Memikirkan kematian-kematian yang tidak telalu menyakitkan. Namun aku tahu mengakhirinya tidak menyelesaikan apapun.
Hingga aku memutuskan untuk tidak memberikan kehidupan seperti ini pada orang lain. Yeah saat ini aku memutuskan untuk tidak menikah dan tidak memiliki anak. Tanggung jawab itu terlalu berat dan aku sangat takut memberikan kesedihan atau bahkan keputusasaan yang kurasakan. Biarkan aku hidup sendirian, sangat kesepian dan meningalkan dunia tanpa jejak. Aku ingin hidup nyaman. boleh kah aku seperti itu? Hingga suatu saat aku menyesalinya dan membagikan tulisan tentang penyesalan-penyesalanku atau bagaimana untuk tidak menyia-nyiakan kehidupan seperti yang kulakukan.
Kenapa standar dunia begitu melelahkan? Membalas kebaikan orang tua yang telah melahirkanku, menikah, memiliki anak, mengabdi pada suami, memiliki pekerjaan yang stabil, membesarkan anak, menjadi sukses, rasanya sangat menjemukkan. tidak bisakah aku hidup sebagaimana yang kuinginkan? aku bersikeras bukan aku yang menginginkan kehidupan ini meski selalu direcoki bahwa sebelum dilahirkan aku telah ditanya sebanyak 77kali dan aku sendiri lah yang memutuskan untuk hidup. hanya karena aku tidak ingat bukan berati hal itu tidak benar. namun sunggun, aku tisak bisa memahami diriku yang sangat menginginkan kehidupan. Apa yang saat itu aku lihat hingga memutuskan untuk hidup.
aku muak, kesepian dan tidak tahu harus atau ingin melakukan apa. Aku benci kehidupan.
Semua yang ada dalam kepalaku sangat bertentangan dengan iman yang aku miliki semenjak kecil. dan itu semakin menyiksaku. aku tau pikiran-pikiran ini amat berdosa namun selalu terngiang. aku lelah hidup menjadi diriku---
Komentar
Posting Komentar