Mungkin, karena sedari kecil aku selalu mengikuti standar dunia, sampai sekarang aku masih tidak tahu apa yang benar-benar kuinginkan. Aku masih tersesat di jalan setapak yang asing ini. Mencoba menyalahkan orang lain, namun tak ada yang benar-benar bersalah selain keadaan dan diriku sendiri. Tapi bahkan, orang dengan keadaan yang hampir serupa denganku bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Jadi kurasa, di sini, aku lah yang bersalah.
Cita-cita, dulu sekali aku pernah memilikinya. Namun entah semenjak kapan telah ku tinggalkan. Perlahan-lahan, langkah demi langkah, hingga kini rasanya terlalu jauh untuk digapai. Aku mulai bosan dengan kehidupan. Sepanjang perjalanan pulang selalu menatapi kendaraan yang hilir mudik, kapan kiranya mereka akan menabrak tubuhku hingga kehidupan tak lagi bersisa. Setiap hari ketika bangun dari tidur, menatap tubuhku sendiri dan berpikir, Kapan kiranya nafas tak lagi berhembus? Aku tahu pemikiran ini tidak benar dan jika ku utarakan pada seseorang, dia hanya akan menceramahi ku. Namun inilah yang kurasakan. Meski mencoba menekan pemikiran itu, sekali-kali mereka selalu datang dan menyelinap dengan mudah. Dan aku masih selalu terbuai dengan pemikiran itu.
Tuhan terlalu baik padaku hingga masih memberiku kesempatan hidup. Sungguh, aku tahu itu dan harusnya memanfaatkan sebaik mungkin. Tapi aku merasa ada yang salah dengan diriku. Aku tidak tahu apa tepatnya, namun rasanya seperti tak bisa diperbaiki. Aku bahkan menyerah atas diriku sendiri. Tuhan masih memperjuangkan ku tapi kenapa aku menyerah dengan mudah. Tuhan apa kau akan mengerti jalan pikiranku? Pemikiran suram yang bahkan tak bisa dipahami oleh siapapun. Pemikiran menyedihkan dan pengecut yang terus menggerogoti cahaya hidupku.
Aku memilih tak berkutik dan membiarkan ke suraman kian menghanyutkan. Aku ingin pulang, tapi tidak tahu rumah mana yang ingin kujumpai. Kurasa dunia sangat tidak cocok denganku...
Komentar
Posting Komentar